Jalan Tuhan atau jalan diri sendiri? Sulit memilih yang menguntungkan bagi saya.
Yesaya 35:1-10
“Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya.” -Yesaya 35:8-
Jalan Tuhan disebut pula dengan jalan kudus, jalan suci atau jalan yang menuju kepada keselamatan kekal. Namun sayang tidak semua orang mau menempuh jalan itu, terlebih-lebih mereka yang disebut orang yang tidak tahir dan orang pandir. Orang yang tidak tahir artinya orang yang berdosa atau orang yang hidup dalam kecemaran, sedangkan orang pandir disebut pula orang bodoh atau bebal, orang yang hidup menurut kehendak sendiri dan sulit menerima teguran. Mereka tidak mau menempuh jalan Tuhan karena mereka berpikir bahwa jalan Tuhan itu penuh dengan aturan, tidak boleh ini tidak boleh itu, tidak bebas, menyakitkan daging, ada harga yang harus dibayar, sebagaimana Yesus katakan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24).
Berbeda jika mereka menempuh jalan sendiri, bebas dan leluasa memuaskan hasrat dan keinginan dagingnya. Mereka lupa bahwa “…barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8). Dalam Injil Matius dengan sangat jelas digambarkan bahwa jalan Tuhan adalah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14). Banyak orang lebih memilih jalan yang lebar dan luas, “…jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12).
Sebagai orang percaya keberadaan kita adalah orang-orang yang sudah ditahirkan dan dikuduskan, tapi bukan karena perbuatan baik kita, melainkan semata-mata karena anugerah Tuhan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, “…dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” (1 Yohanes 1:7).Karena kita sudah ditahirkan dan disucikan oleh darah Kristus maka kita dilayakkan dan wajib untuk berjalan di jalan kudus-Nya Tuhan!
Ls. Cindy Theyser