Ia Setia dan Tidak Akan Meninggalkan
Mazmur 37 : 25-26
“Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.”
Shalom Bapak dan Ibu yang terkasih. Apa kabar? Saya berharap kita ada dalam kabar baik dan terus taat dalam Firman-Nya. Bapak dan Ibu yang saya kasihi, manusia ketika dalam keadaan bingung, sering meminta untuk ditinggalkan sendirian agar ia bisa berpikir tenang mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya. Tetapi, “ditinggalkan” dalam ayat perenungan kali ini tidak dalam arti demikian.
Setiap orang adalah berkat bagi sesamanya. Semakin banyak yang datang ke dalam hidup ini, bila datang dalam suasana kasih, berarti semakin banyak berkat yang diterima dan diberi melalui kehidupan ini.
Magnet penarik untuk orang datang dan menjadi berkat dalam kehidupan ini adalah hati yang baik, dalam ungkapan di suatu daerah disebutkan bahwa “hatilah yang diikuti oleh sesama”. Tetapi hati yang baik itu hanya ada pada orang yang benar sebab baik dan benar itu adalah paket berkat yang tak terpisahkan.
Orang benar yang baik hatinya diberkati dengan roti yang cukup dan hidup yang selalu menjadi berkat; penuh dengan belas kasihan. Memberi pinjaman dalam bingkai kasih sayang juga adalah tindakan menjadi berkat.
Menjalani kehidupan yang tidak ditinggalkan manusia berarti juga kehidupan yang tidak ditinggalkan Sang Pencipta.
“Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya,
bagi mereka yang bersih hatinya.”
– Mazmur 73:1 –
Ls. Cindy Theyser